https://docs.google.com/presentation/d/1UkfO9Uw7WD_KBpXGzEvbFezzg7tr6eH4x4PHTCq8_Us/edit#slide=id.p13
MORFOLOGI TUMBUHAN
Kamis, 10 Oktober 2013
Jumat, 04 Oktober 2013
Rabu, 25 September 2013
Studi Kecambahan tomat
pada hari ketiga
pada hari keempat
pada hari 1
bibit tomat ditanam dengan menggunakan media kapas
pada hari 2
bibit belum ada tanda - tanda tumbuhnya fase perkecambahan
pada hari 3
bibit sudah terlihat tumbuhnya proses perkecambahan, dan pertama muncul ialah akar
pada hari 4
kecambah mulai memanjang keatas, disela - sela akar tumbuh bulu - bulu halus
Kecambah atau taoge adalah tumbuhan (sporofit) muda yang baru
saja berkembang dari tahap embrionik di
dalam biji.
Tahap perkembangannya disebut perkecambahan
dan merupakan satu tahap kritis dalam kehidupan tumbuhan.
Kecambah biasanya dibagi menjadi tiga bagian utama: radikula (akar embrio), hipokotil, dan kotiledon
(daun lembaga). Dua kelas
dari tumbuhan berbunga dibedakan dari cacah daun
lembaganya: monokotil
dan dikotil[3].
Tumbuhan berbiji terbuka lebih bervariasi dalam cacah lembaganya. Kecambah pinus misalnya dapat
memiliki hingga delapan daun lembaga. Beberapa jenis
tumbuhan berbunga tidak memiliki kotiledon, dan disebut akotiledon
Proses perkecambahan
benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi,
fisiologi dan biokimia. Pada tanaman, tahapan dalam perkecambahannya terdiri
dari:
- Proses penyerapan air (imbibisi)
Proses penyerapan air atau
imbibisi berguna untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan pengembangan
embrio dan endosperma. Hal ini menyebabkan pecah atau robeknya kulit biji.
Selain itu, air memberikan fasilitas untuk masuknya oksigen ke dalam biji.
Dinding sel yang kering hampir tidak permeabel untuk gas, tetapi apabila
dinding sel di-imbibisi oleh air, maka gas akan masuk ke dalam sel secara
difusi.
- Aktivasi enzim
Aktivasi enzim terjadi
setelah benih berimbibisi dengan cukup. Enzim-enzim yang teraktivasi pada
proses perkecambahan ini adalah enzim hidrolitik seperti α-amilase yang
merombak amylase menjadi glukosa, ribonuklease yang merombak ribonukleotida,
endo-β-glukanase yang merombak senyawa glukan, fosfatase yang merombak senyawa
yang mengandung P, lipase yang merombak senyawa lipid, peptidase yang merombak
senyawa protein.
- Inisiasi pertumbuhan embrio
Proses ini terjadi
setelah semua proses imbibisi, aktivasi enzim, dan katabolisme cadangan makanan
berjalan. Proses ini ditandai oleh meningkatnya bobot kering embryonic axis,dan
menurunnya bobot kering endosperma.
- Munculnya radikel
Munculnya radikel adalah
tanda bahwa proses perkecambahan telah sempurna. Proses ini akan diikuti oleh
pemanjangan dan pembelahan sel-sel. Proses pemanjangan sel ada dua fase yakni; fase
1 (fase lambat) dimana pemanjangan sel tidak diikuti dengan penambahan
bobot kering dan fase 2 (fase cepat), yang diikuti oleh penambahan bobot
segar dan bobot kering.
- Pemantapan kecambah
Kecambah mulai mantap
setelah ia dapat menyerap air dan berfotosintesis (autotrof). Semula, ada masa
transisi antara masih disuplai oleh cadangan makanan sampai mampu autotrof.
Saat autotrof dicapai proses perkecambahan telah sempurna.
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perkecambahan Tanaman
- Faktor Internal
Faktor internal yang
mempengaruhi proses perkecambahan adalah :
- Kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai, tidak
mempunyai viabilitas tinggi. Diduga pada tingkatan tersebut benih belum
memiliki cadangan makanan yang cukup dan juga pembentukan embrio yang belum
sempurna.
- Ukuran benih
Di dalam jaringan penyimpanannya, benih memiliki karbohidrat, protein,
lemak dan mineral. Bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan energi
bagi embrio pada saat perkecambahan. Diduga bahwa benih yang berukuran besar
dan berat mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan dengan benih
yang kecil, mungkin pula embrionya lebih besar.
3. . Dormansi
Suatu benih dikatakan
dorman apabila benih itu sebenarnya viabel (hidup) tetapi tidak mau berkecambah
walaupun diletakkan pada keadaan lingkungan yang memenuhi syarat bagi
perkecambahannya. Tipe dormansi pada adalah after ripening.
4. Hormon
Tidak semua hormon
tumbuhan (fitohormon) bersifat mendukung proses perkecambahan, adapula beberapa
fitohormon yang menghambat proses perkecambahan. Fitohormon yang
berfungsi merangsang pertumbuhan perkecambahan antara lain : Auksin, yang
berperan untuk : Mematahkan dormansi biji dan akan merangsang proses
perkecambahan biji. Perendaman biji dengan auksin dapat membantu menaikkan
kuantitas hasil panen serta dapat memacu proses terbentuknya akar.
Giberelin, yang berperan dalam mobilisasi bahan makanan selama fase
perkecambahan. Pertumbuhan embrio selama perkecambahan bergantung pada
persiapan bahan makanan yang berada di dalam endosperma. Untuk keperluan
kelangsungan hidup embrio maka terjadilah penguraian secara enzimatik yaitu
terjadi perubahan pati menjadi gula yang selanjutnya ditranslokasikan ke embrio
sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya. Peran giberelin diketahui mampu
meningkatkan aktivitas enzim amilase.
Sitokinin, yang akan berinteraksi dengan giberelin dan auksin untuk
mematahkan dormansi biji. Selain itu, sitokinin juga mampu memicu pembelahan
sel dan pembentukan organ.
Fitohormon yang berfungsi sebagai penghambat perkecambahan antara lain : Etilene,
yang berperan menghambat transportasi auksin secara basipetal dan
lateral. Adanya etilen dapat menyebabkan rendahnya konsentrasi auksin
dalam jaringan. Meskipun begitu, pada tanaman, etilene juga mampu
menstimulasi perpanjangan batang, koleoptil dan mesokotil. Asam absisat
(ABA), yang bersifat menghambat perkecambahan dengan menstimulasi dormansi
benih. Selain itu, asam absisat akan menghambat proses pertumbuhan
tunas.
- Faktor Eksternal
Faktor Eksternal yang mempengaruhi proses perkecambahan adalah :
- Air
Air salah satu syarat
penting bagi berlangsungnya proses perkecambahan benih. Fungsi air pada
perkecambahan biji antara lain; Air yang diserap oleh biji berguna untuk
melunakkan kulit biji dan menyebabkan pengembangan embrio dan endosperma hingga
kulit biji pecah atau robek. Air juga berfungsi sebagai fasilitas masuknya
oksigen ke dalam biji melalui dinding sel yang di-imbibisi oleh air sehingga
gas dapat masuk ke dalam sel secara difusi. Selain itu, air juga berguna untuk
mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan sejumlah proses fisiologis
dalam embrio seperti pencernaan, pernapasan, asimilasi dan pertumbuhan.
Proses-proses tersebut tidak akan berjalan secara normal, apabila protoplasma
tidak mengandung air yang cukup. Air juga Sebagai alat transportasi larutan
makanan dari endosperma kepada titik tumbuh pada embryonic axis, yang
mana diperlukan untuk membentuk protoplasma baru.
2. Temperatur
Temperatur merupakan
syarat penting yang kedua bagi perkecambahan benih. Tetapi ini tidak bersifat
mutlak sama seperti kebutuhan terhadap air untuk perkecambahan, dimana biji
membutuhkan suatu level hydration minimum yang bersifat khusus untuk
perkecambahan.
Dalam proses perkecambahan dikenal adanya tiga titik suhu kritis yang
berbeda yang akan dialami oleh benih. Dan tiga titik suhu kritis tersebut
dikenal dengan istilah suhu cardinal yang terdiri atas pertama, suhu minimum,
yakni suhu terkecil dimana proses perkecambahan biji tidak akan terjadi selama
periode waktu perkecambahan. Bagi kebanyakan benih tanaman, termasuk kisaran
suhu minimumnya antara 0 – 5oC. Jika benih berada di tempat yang
bersuhu rendah seperti itu, maka kemungkinan besar benih akan gagal berkecambah
atau tetap tumbuh namun dalam keadaan yang abnormal.
Kedua, suhu optimum yakni suhu dimana kecepatan dan persentase biji yang
berkecambah berada pada posisi tertinggi selama proses perkecambahan
berlangsung. Temperatur ini merupakan temperatur yang menguntungkan bagi
berlangsungnya perkecambahan benih. Suhu optimum berkisar antara 26,5 – 35oC.
Serta yang ketiga adalah suhu maksimum, yakni suhu tertinggi dimana
perkecambahan masih mungkin untuk berlangsung secara normal. Suhu maksimum
umumnya berkisar antara 30 – 40oC. Suhu diatas maksimum biasanya
mematikan biji, karena keadaan tersebut menyebabkan mesin metabolisme biji
menjadi non aktif sehingga biji menjadi busuk dan mati.
3. Oksigen
Faktor oksigen berkaitan
dengan proses respirasi. Pada saat perkecambahan berlangsung, proses respirasi
akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan
karbon dioksida, air dan energi yang berupa panas. Terbatasnya oksigen yang
dapat dipakai akan mengakibatkan terhambatnya proses perkecambahan benih.
Perkecambahan biji dipengaruhi oleh komposisi udara sekitarnya. Umumnya
biji akan berkecambah pada kondisi udara yang mengandung 20% O2 dan
0,03% CO2 memiliki kemampuan untuk berkecambah pada keadaan yang
kurang oksigen. Biji dapat berkecambah baik di tempat dengan kelembaban tinggi,
bahkan bisa berkecambah 4 – 5 cm di bawah permukaan air, hanya saja yang lebih
dahulu akan keluar bukan radikel melainkan plumulanya.
4. Cahaya
Hubungan antara pengaruh cahaya dan perkecambahan benih dikontrol oleh
suatu sistem pigmen yang dikenal sebagai fitokrom, yang tersusun dari chromophore
dan protein. Chromophore adalah bagian yang peka pada cahaya. Fitokrom memiliki
dua bentuk yang sifatnya reversible (bolak-balik) yaitu fitokrom merah
yang mengabsorbsi sinar merah dan fitokrom infra merah yang mengabsorbsi sinar
infra merah.
Bila pada benih yang sedang berimbibisi diberikan cahaya merah, maka
fitokrom merah akan berubah menjadi fitokrom infra merah, yang mana menimbulkan
reaksi yang merangsang perkecambahan. Sebaliknya bila diberikan cahaya infra
merah, fitokrom infra merah akan berubah menjadi fitokrom merah yang kemudian
menimbulkan reaksi yang menghambat perkecambahan. Dalam keadaan tanpa cahaya, dengan
adanya oksigen dan temperatur yang rendah, proses perubahan itu akan
berlangsung lambat. Pada keadaan di alam, cahaya merah mendominasi cahaya infra
merah sehingga pigmen fitokrom diubah ke bentuk fitokrom infra merah yang
aktif.
Langganan:
Postingan (Atom)